Kamis

Elegi Diujung Senja

“Jiwa yang lembut mengalun indah antara damainya senja tersenyum tulus menyibakkan derita di hati setiap pemuja laksana mawar firdaus, antara putih warna kesucian menebarkan suri setiap pesona, pada hati damai sang kelana senja”.

“Kupandang dirinya dengan tatapan cinta sejiwa cinta yang melebur menjadi kasih tulus setulus bidara kasih yang terus merasuki setiap detak jantungku, memeluk tiap-tiap tetes darahku dengan kehangatan sebuah harapan, harapan jernih yang kusiramkan pada setangkai mawar biru dan kan terus merekah menjadi sebuah taman di ujung kedalaman jiwa”.

“Kupandang jernih bola matanya, kejernihan yang menyibakkan ketulusan nan tertoreh dalam hangatnya senja, kala senja yang semakin memerah , laksana rekahan api di ujung malam menyamarkan wajahnya kedalam sebuah remang, damai yang semakin menjadi jiwaku risau, karena ku terlalu mencintainya, ku slalu berharap dirinya bahagia tapi tak dapat kubohongi kalau aku ingin berada disisinya pada saat dia bahagia ataupun duka karena hanya dia...dia...yang slalu ada didada”.

Tapi itu sekarang sudah menjadi kenangan manis yang menjadi bagian dari hidupku :-)

1 komentar:

ida aida mengatakan...

saat senja pulang keperaduannya
kulihat sinarnya tampak temaram
diantara senja yang mengambang
aku menunggu tiada kepastian